Sumbangan Keilmuan Penting dari Tiga Doktor Alumni Program Kaderisasi Ulama DDII

Oleh: Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)

Pada 13 Februari 2024, Program Kaderisasi Ulama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (PKU-DDII) kembali meluluskan tiga doktor dalam bidang pendidikan dari Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor. Tak hanya itu! Melalui disertasi yang mereka tulis, mereka juga memberikan sumbangan keilmuan penting dalam bidang pendidikan di Indonesia.

Ketiga doktor baru itu adalah: Dr. Bahrum Subagya, Dr. Askar Patahudin, dan Dr. Syahrul. Doktor Bahrum menulis disertasi tentang Islamisasi Buku Ajar Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Doktor Askar Patahudin menulis disertasi tentang Pemikiran Mohammad Natsir tentang Pendidikan Tinggi. Dan Doktor Syahrul menulis disertasi tentang Konsep Pendidikan Guru KH Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara.

Melalui disertasinya, Dr. Bahrum menganalisis isi Buku Ajar Mata Kuliah IAD yang mengandung muatan sekularisme. Padahal, mata kuliah ini diajarkan juga untuk mahasiswa Fakultas Agama Islam. Tetapi, konsep ilmu yang digunakan tidak memasukkan wahyu sebagai salah satu sumber ilmu. Buku ini hanya mengakui sumber ilmu dari akal dan panca indera (rational knowledge dan empirical knowledge).

Bahrum juga sudah menyusun Buku Ajar IAD baru berbasis Worldview Islam. Dengan kata lain, ia melakukan proses Islamisasi terhadap buku ajar IAD. Upaya ini patut diapresiasi. Sebagai penguji, saya memberikan beberapa masukan untuk perbaikan. Misalnya, perlunya dimasukkan topik tentang bahaya ilmu sekular bagi iman dan akhlak mahasiswa.

Dari 300 lebih disertasi doktor pendidikan yang telah ditulis di UIKA Bogor, ada puluhan judul tentang Islamisasi buku ajar dalam berbagai bidang keilmuan. Salah satu yang sudah diterbitkan adalah disertasi Dr. Wendi Zarman, dosen Universitas Komputer Indonesia Bandung. Topiknya tentang “Pengembangan Buku Ajar IPA Berdasarkan Keimanan.”

Pengembangan Buku Ajar berbasis keimanan atau Worldview Islam saat ini sudah sangat mendesak, sebab merupakan amanah konstitusi dan Undang-undang Pendidikan Tinggi. Pendidikan Tinggi diharuskan untuk melahirkan manusia-manusia beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Aneh sekali, jika buku ajarnya justru menolak wahyu sebagai sumber ilmu dan tidak mendorong mahasiswa untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara itu, melalui disertasinya, Dr. Askar merumuskan kembali gagasan besar Mohammad Natsir tentang Pendidikan Tinggi yang ideal. Mohammad Natsir merupakan salah satu tokoh penting yang merintis berdirinya universitas pertama milik bangsa Indonesia, yaitu STI (Sekolah Tinggi Islam) di Jakarta, 8 Juli 1945.

Mohammad Natsir juga terlibat aktif dalam pendirian sejumlah universitas di Indonesia, seperti UIKA Bogor, Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Islam Riau (UIR), Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), dan sebagainya. Setelah mendirikan dan memimpin DDII, 26 Februari 1967, Mohammad Natsir juga mendidik ratusan dai untuk dikirim ke daerah-daerah rawan pemurtadan.

Melalui program pendidikan dai – setingkat pendidikan tinggi – Pak Natsir berhasil melahirkan dai-dai yang tangguh yang siap terjun ke daerah-daerah pelosok. Bahkan, banyak yang kemudian menetap di tempat tugasnya. Padahal, mereka adalah para lulusan pendidikan tingkat SLTA. Bukan hanya merumuskan konsepnya, Pak Natsir terjun langsung dalam pendidikan dai tersebut.

Disertasi Dr. Askar ini memberi kontribusi penting bagi perumusan konsep universitas Islam ideal di era disrupsi. Konsep pendidikan tinggi Mohammad Natsir perlu dijabarkan dan diaplikasikan dalam konteks zaman sekarang. Inilah kontribusi keilmuan penting dari disertasi Dr. Askar Patahudin.

Disertasi ketiga yang ditulis oleh Dr. Syahrul pun sangat penting bagi perbaikan dan pengembangan pendidikan kita. Konsep pendidikan guru yang ditulis dan dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara masih sangat relevan untuk diterapkan di zaman kini. Tentu saja dengan beberapa proses aktualisasinya. Dr. Syahrul melakukan penelitian yang serius dan berhasil merumuskan konsep pendidikan guru yang ideal di zaman kini.

Alhamdulillah, lulusnya tiga doktor baru Program Kaderisasi Ulama DDII itu menambah deretan doktor PKU-DDII. Sejak tahun 2007, DDII menyelenggarakan PKU dan telah meluluskan 77 Doktor dan 250 master. Melalui Program Kaderisasi Ulama, DDII menempuh langkah yang sangat strategis dalam pelaksanaan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar.

Para doktor dan master itu berkesempatan terjun secara formal menjadi dosen-dosen di Perguruan Tinggi, sehingga bermanfaat dalam menyampaikan ilmu-ilmu yang benar dan mencegah terjadinya kerusakan ilmu di Perguruan Tinggi.

Karena telah memberikan manfaat yang begitu besar dalam dakwah di Indonesia, maka DDII bertekad untuk terus melanjutkan PKU-DDII ini. Mohon doa dan dukungannya. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk menjalankan amanah risalah ini. Amin.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Butuh Bantuan ?
Scroll to Top